Kamis, 22 Desember 2011

SELAMAT HARI IBU..WE LOVE YOU SO MUCH MOM

Sebelumnya, TOYOTA CROWN CLUB JAKARTA mengucapkan Seamat Hari Ibu bagi para ibu. Tapi, apakah Anda tahu apa dan bagaimana Hari Ibu ini tercipta? Bagaimana jika anak Anda nanti bertanya: “Hari Ibu itu sejarahnya gimana sih, bu?”.
Hari Ibu di Indonesia dirayakan setiap tahunnya pada tanggal 22 Desember dan ditetapkan sebagai perayaan nasional. Berbeda dengan di Amerika dan Kanada yang merayakan Hari Ibu atau Mother’s Day pada hari Minggu di minggu kedua bulan Mei.
Sejarah Hari Ibu sebenarnya diawali dari pertemuan para pejuang wanita dalam Kongres Perempuan di tahun yang diadakan sama dengan Sumpah Pemuda.
Hari Ibu
Organisasi perempuan sendiri sudah bermula sejak 1912, diilhami oleh perjuangan para pahlawan wanita abad ke-19 seperti M. Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut Mutiah, R.A. Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said dan lain-lain.
Pada tanggal 22 Desember 1928 organisasi-organisasi perempuan mengadakan kongres pertamanya di Yogyakarta dan membentuk Kongres Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani), kongres berikutnya diadakan di Jakarta dan Bandung.
Presiden Soekarno menetapkan melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959 bahwa tanggal 22 Desember adalah Hari Ibu dan dirayakan secara nasional, hingga kini.
Satu momen penting bagi para wanita adalah untuk pertama kalinya wanita menjadi menteri adalah Maria Ulfah di tahun 1950. Sebelum kemerdekaan Kongres Perempuan ikut terlibat dalam pergerakan internasional dan perjuangan kemerdekaan itu sendiri.
Tahun 1973 Kowani menjadi anggota penuh International Council of Women (ICW). ICW berkedudukan sebagai dewan konsultatif kategori satu terhadap Perserikatan Bangsa-bangsa.
Pada kongres di Bandung tahun 1952 diusulkan dibuat sebuah monumen, setahun berikutnya diletakkan batu pertama oleh Ibu Sukanto (ketua kongres pertama) untuk pembangunan Balai Srikandi dan diresmikan oleh menteri Maria Ulfah tahun 1956.
Akhirnya pada tahun 1983 Presiden Soeharto meresmikan keseluruhan kompleks monumen menjadi Mandala Bhakti Wanitatama di Jl. Laksda Adisucipto, Yogyakarta.

Hari Ibu di Indonesia

Sejarah Hari Ibu diawali dari bertemunya para pejuang wanita dengan mengadakan Kongres Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta, di gedung Dalem Jayadipuran[6] yang sekarang berfungsi sebagai kantor Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional dan beralamatkan di Jl. Brigjen Katamso. Kongres dihadiri sekitar 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera. Hasil dari kongres tersebut salah satunya adalah membentuk Kongres Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani).
Organisasi perempuan sendiri sudah ada sejak 1912, diilhami oleh perjuangan para pahlawan wanita abad ke-19 seperti Martha Christina Tiahahu, Cut Nyak Dhien, Tjoet Nyak Meutia, R.A. Kartini, Maria Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Ahmad Dahlan, dan lain-lain.
Peristiwa itu dianggap sebagai salah satu tonggak penting sejarah perjuangan kaum perempuan Indonesia. Pemimpin organisasi perempuan dari berbagai wilayah se-Nusantara berkumpul menyatukan pikiran dan semangat untuk berjuang menuju kemerdekaan dan perbaikan nasib kaum perempuan. Berbagai isu yang saat itu dipikirkan untuk digarap adalah persatuan perempuan Nusantara, pelibatan perempuan dalam perjuangan melawan kemerdekaan, pelibatan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa, perdagangan anak-anak dan kaum perempuan, perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita, pernikahan usia dini bagi perempuan, dan sebagainya. Tanpa diwarnai gembar-gembor kesetaraan gender, para pejuang perempuan itu melakukan pemikiran kritis dan aneka upaya yang amat penting bagi kemajuan bangsa.
Penetapan tanggal 22 Desember sebagai perayaan Hari Ibu diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia III pada tahun 1938.[7] Peringatan 25 tahun Hari Ibu pada tahun 1953 dirayakan meriah di tak kurang dari 85 kota Indonesia, mulai dari Meulaboh sampai Ternate.
Presiden Soekarno menetapkan melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959 bahwa tanggal 22 Desember adalah Hari Ibu dan dirayakan secara nasional hingga kini.
Misi diperingatinya Hari Ibu pada awalnya lebih untuk mengenang semangat dan perjuangan para perempuan dalam upaya perbaikan kualitas bangsa ini. Dari situ pula tercermin semangat kaum perempuan dari berbagai latar belakang untuk bersatu dan bekerja bersama. Di Solo, misalnya, 25 tahun Hari Ibu dirayakan dengan membuat pasar amal yang hasilnya untuk membiayai Yayasan Kesejahteraan Buruh Wanita dan beasiswa untuk anak-anak perempuan. Pada waktu itu panitia Hari Ibu Solo juga mengadakan rapat umum yang mengeluarkan resolusi meminta pemerintah melakukan pengendalian harga, khususnya bahan-bahan makanan pokok. Pada tahun 1950-an, peringatan Hari Ibu mengambil bentuk pawai dan rapat umum yang menyuarakan kepentingan kaum perempuan secara langsung.
Satu momen penting bagi para wanita adalah untuk pertama kalinya wanita menjadi menteri adalah Maria Ulfah di tahun 1946. Sebelum kemerdekaan Kongres Perempuan ikut terlibat dalam pergerakan internasional dan perjuangan kemerdekaan itu sendiri. Tahun 1973 Kowani menjadi anggota penuh International Council of Women (ICW). ICW berkedudukan sebagai dewan konsultatif kategori satu terhadap Perserikatan Bangsa-bangsa.
Kini, Hari Ibu di Indonesia diperingati untuk mengungkapkan rasa sayang dan terima kasih kepada para ibu, memuji keibuan para ibu. Berbagai kegiatan pada peringatan itu merupakan kado istimewa, penyuntingan bunga, pesta kejutan bagi para ibu, aneka lomba masak dan berkebaya, atau membebaskan para ibu dari beban kegiatan domestik sehari-hari.

Dua hari ini tema yang sedang hangat dari status facebook teman-teman saya adalah tentang hari Ibu. Terus terang, saya malah baru tau kalo tanggal 22 kemaren ternyata adalah hari Ibu, hehe… Sehari sebelum itu, teman-teman sudah banyak yang menyatakan dan mengungkapkan kasih sayang mereka kepada Ibunda masing-masing melalui status facebook…
Nah, berkaitan dengan tema ini, kemaren pagi saya iseng beli harian Kedaulatan Rakyat (selasa, 22 Desember 2009) dan menemukan sebuah artikel opini yang sangat menarik. Judulnya sangat jelas dan lugas, yaitu “Hari Ibu Bukan Mother’s Day”. Artikel itu Ditulis oleh Dra. Anik R Yudhastawa Mangunsarkoro M. Si, seorang pemerhati pergerakan wanita (di) Indonesia. Luar biasa. Saya langsung dibuat penasaran oleh judulnya. Lagipula temanya juga sangat aktual dan sedang hangat-hangatnya dibicarakan oleh banyak orang.
Setelah saya baca, ternyata tulisan itu memang memberikan pengetahuan baru ke saya. Di situ dipaparkan tentang sejarah pergerakan wanita Indonesia. Jadi begini. Pada tahun 1928, para wanita di Indonesia masih dipandang lebih rendah derajatnya dari para pria. Namun para wanita menentangnya dan berinisiatif mendirikan “Komite Kongres Perempuan Indonesia”. Banyak kritik dari yang tua-tua dan bapak-bapak, antara lain “ Isteri tak perlu kongres-kongresan, tempat isteri di dapur, isteri tak perlu memikir kehidupan, isteri belum matang, isteri belum bisa berorganisasi”.
Tekanan terhadap para isteri (Ibu) begitu besar. Namun para wanita itu tetap bersikukuh pada pendiriannya bahwa wanita dan pria harus bersama-sama dalam pergaulan / peri kehidupan, saling menguatkan, dengan tidaklah perempuan menjadi laki-laki, tetapi tetap pada kodrat masing-masing. Kemudian dilaksanakanlah Kongres Perempuan dengan maksud memusyawarahkan permasalahan di atas.
Kongres Perempuan I dilaksanakan pada tahun 1928 di Yogyakarta. Kongres Perempuan II di Jakarta tahun 1935. Kongres yang ke 2 ini menghasilkan salah satu keputusan “bahwa kewajiban utama wanita Indonesia adalah untuk menjadi ‘Ibu Bangsa’ yang berarti menumbuhkan generasi baru yang lebih sadar akan kebangsaannya”.
Kemudian Kongres Perempuan III dilaksanakan di Bandung tahun 1938. Dalam Kongres yang ke 3 inilah kemudian tanggal 22 Desember ditetapkan sebagai HARI IBU dan dikukuhkan oleh Pemerintah sebagai Hari Besar Nasional (bukan hari libur) dengan Keppres No. 316, 16 Desember tahun 1959 ditandatangani oleh Ir. Soekarno.
Nah, dari situ sang penulis ingin menegaskan bahwa peringatan Hari Ibu 22 Desember sangat terkait dengan perjuangan kemerdekaan dan kemanusiaan bangsa Indonesia oleh wanita Indonesia yang disebut sebagai para Ibu Bangsa. Jadi konsep ini sangat khas Indonesia. Hal ini sangat berbeda dengan Mother’s Day di Eropa, Amerika, dan negara lain. Mother’s Day merupakan hari penghargaan kepada kaum Ibu. Di hari itu Ibu dimanja, dibebaskan dari segala pekerjaan rumah tangga, semua dikerjakan oleh suami atau anak-anak.
Tapi kayaknya yang lebih sering diekspresikan oleh masyarakat (khususnya di facebook) adalah konsep yang kedua ini ya…

 S E L A M A T  H A R I  I B U 
WE LOVE YOU SO MUCH MOM!!

1 komentar:

  1. SELAMAT HARI IBU..

    BERKANLAH IBUMU SESUATU YG SPESIAL DI HARI INI DAN TIDAK SETIAP HARI JUGA KITA BISA MEMMANJAKAN IBU DAN MEMIKIRKAN IBU..TIDAK SEPERTI IBU YG SELALU MEMANJAKAN DAN MEMIKIRKAN KITA SETIAP WAKTU TANPA MENGENAL LELAH DAN SESIBUK APAPUN DIA TETAP MELUANGKAN WAKTU UNTUK MEMPERHATIKAN ANAKNYA YG TIDAK PERNAH MEMPERHATIKAN IBU..
    ITULAH IBU..JASANYA SANGAT BESAR DAN MULIA TANPA MENGENAL PAMRIH..
    SO..MOM IS QUEEN IN OUR HEART..MOM IS GOLD FOR US..
    SO DONT EVER MAKE HER DISAPPOINTED..
    LOVE YOU MOM..

    SELAMAT HARI IBU DARI TCCJ
    SALAM MAHKOTA RETRO
    IBU ADALAH MAHKOTA BAGI KAMI TOYOTA CROWN CLUB JAKARTA!!
    YOU'RE THE BEST MOM!! FOREVER!!!

    BalasHapus